THE ORIGIN OF QUARANTINE

The Origin of Quarantine

Cartoon courtesy of Dr. Theodore E. Woodward, University of Maryland School of Medicine, Maryland

Dunia dirundung pandemi Covid-19, berkali-kali kata karantina disebutkan dimana-mana. Walaupun ini bukan kali pertama saya mengenal karantina, karena sempat beberapa kali mendengar dan diajari konsep karantina saat di bangku kuliah, ditambah lagi oleh perkataan tokoh fiksi Professor Robert Langdon pada Sophie dalam film Inferno yang menyatakan “The word ‘quarantine’ come from the Italian ‘quaranta.’ Forty”,  jadi penasaran, apa benar?

Salah satu dialog dalam film Inferno

Rasa penasaran terkadang dapat menjadi penunjuk arah yang baik, itu yang saya rasakan. Ditemani oleh rasa penasaran sampailah saya pada sebuah  tulisan oleh Philip A. Mackowiak dan Paul S. Sehdev dengan judul ‘The Origin of Quarantine’.  Dengan segenap keterbatasan pemahaman saya, berikut saya coba rangkumkan isi tulisan tersebut.

***

Sebuah rangkuman dari tulisan Philip A. Mackowiak dan Paul S. Sehdev ‘The Origin of Quarantine’

                Strategi untuk mengisolasi orang dengan penyakit telah digunakan dari jaman dahulu oleh pendauhulu kita. Beberapa referensi yang mendasari bahwa pendahulu kita menggunakan strategi ini, salah satunya dapat ditemukan dalam buku Old Testament. Walaupun ditemukan beberapa sumber tentang hal tersebut, diantaranya tidak ada yang memuat kata quarantine. Lalu bagaimana kata quarantine menjadi suatu kosa kata yang digunakan di jaman modern? Jawabannya dapat ditemukan dalam riwayat wabah black death di Eropa.

                Mulai pertengahan abad ke-14, berulang-ulang gelombang wabah black death melanda Eropa. Banyak negara yang terjangkit. Pada saat itu diperkirakan sepertiga populasi di Eropa mati karenanya. Keadaan yang parah ini membuat masyarakat berpikir akan perlunya pengendalian infeksi yang lebih ekstrem. Pada beberapa daerah di Mediterranean, diterapkan suatu cara dimana disediakan suatu tempat khusus untuk mengobati orang yang sakit diluar tembok kota. Dorongan untuk menerapkan cara tersebut didasari oleh teori penularan yang menganjurkan untuk melakukan pemisahan orang yang sehat dengan yang sakit. Walaupun cara sederhana ini berjalan dengan baik, namun hasilnya dinilai kurang efektif, hal ini menuntut pemegang kebijakan untuk mencari cara yang lebih radikal untuk menekan penyebaran epidemi ini.

                Pada 1377, The Great Council Mediterranean seaport of Ragusa (Kroasia) mengeluarkan peraturan trentino atau masa isolasi 30 hari. Dalam peraturan tersebut, terdapat empat prinsip ; (1) siapapun yang datang dari daerah endemi wabah harus diisolasi selama satu bulan, (2) Tidak ada orang dari Ragusa yang boleh pergi ke tempat isolasi, (3) Bagi orang yang pergi ke tempat isolasi untuk mengurus dan membawa makanan harus seijin The Great Council, (4) Bagi yang tidak mematuhi peraturan akan ikut diisolasi selama sebulan. Berselang 80 tahun, cara tersebut diperkenalkan di Marseilles, Venice, Pisa, dan Genoa. Pada saat diterapkan, durasi masa isolasi diperpanjang dari 30 hari menjadi 40 hari, perubahan ini mengubah nama trentino menjadi quarantino, sebuah kata yang berasal dari Bahasa italia quaranta yang berarti empat puluh.

                Secara presisi, alasan diubahnya durasi masa isolasi yang semula 30 hari menjadi 40 hari belum diketahui, beberapa ahli mencoba berspekulasi mengenai hal tersebut. Beberapa ahli berpendapat bahwa pergantian tersebut dipengaruhi oleh kepercayaan spiritual Kristen, ahli lain juga ada yang berpendapat bahwa 40 hari isolasi dipengaruhi doktrin yunani kuno, yang menyebutkan 40 hari sebagai critical days dalam penularan penyakit. Walaupun alasan rasional mengubah lama durasi masa isolasi tidak pernah diketahui, konsep dasar quarantino telah bertahan dan menjadi dasar dari praktik karantina modern.

-epidjunior

Sumber :

Mackowiak, P. A., & Sehdev, P. S. (2002). The origin of quarantine. Clinical Infectious Diseases, 35(9), 1071-1072.


 

Komentar