3 Cedera yang Paling Sering Terjadi Saat Gempa Bumi



Ilustrasi Gempa Bumi

 

                Gempa bumi merupakan bencana alam yang seringkali membawa efek hancur yang dahsyat. Gempa bumi juga sering menyebabkan orang-orang yang berada di daerah terdampak kehilangan nyawa dan juga cedera.

                Bencana alam yang mengerikan ini terjadi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Gempa bumi memiliki beberapa jenis yang dibedakan berdasarkan penyebabnya, dan jenis yang paling sering terjadi adalah gempa tektonik yakni disebabkan oleh pergeseran lempeng-lempeng tektonik.

Menurut Arantza, seorang seismolog, sekitar 100.000 gempa bumi yang dapat dirasakan manusia terjadi tiap tahunnya, dengan kata lain sekitar 300 gempa bumi terjadi setiap harinya dan tersebar di seluruh dunia.

                Beberapa hari lalu, di Turki, gempa bumi dengan estimasi kekuatan 7.0 mengguncang kotanya. Gempa bumi ini menyebabkan kehancuran infrastruktur, korban jiwa dan tidak sedikit korban cedera. Menurut laporan VoA (Voice of America) pada tanggal 31 Oktober 2020, setidaknya ada 120 orang yang mengalami cedera.

                Cedera pada saat gempa bumi seringkali terjadi akibat tertimpa material-material penyusun bangunan, tergores dan tertusuk seperti yang pernah dimuat dalam rilis CDC (Center for Disease Control and Prevention) terkait gempa bumi di Haiti pada tahun 2010 silam. Keadaan orang-orang yang panik saat gempa bumi  juga dapat menjadi faktor yang menyebabkan cedera.

Cedera apa saja yang paling sering terjadi saat gempa bumi? berikut penulis coba rangkum jenis-jenis cederanya berdasarkan beberapa hasil penelitian.

#1 Patah Tulang

                Patah tulang atau fracture merupakan cedera yang menempati posisi paling atas sebagai cedera yang paling sering dialami orang-orang saat terjadi gempa bumi. Pada penelitian tahun 2009 di Iran, peneliti menggunakan gempa bumi di Iran sebagai studi kasus dan menemukan lebih dari separuh (58.4%) korban menderita patah tulang.

                Pada tahun 2016, peneliti dari China menganalisis puluhan penelitian terkait cedera yang terjadi saat gempa bumi. Mereka menemukan hal yang sama, bahwa patah tulang menjadi cedera yang paling banyak dialami.  Disebutkan juga oleh peneliti bahwa posisi saat insiden terjadi akan mempengaruhi posisi tulang yang akan terdampak.

                Temuan-temuan dari penelitian tersebut sekaligus secara tidak langsung membantu menyatakan bahwa setelah terjadi gempa bumi yang berkekuatan besar, operasi pembedahan tulang akan mulai banyak dilakukan, sehingga persiapan fasilitas-fasilitas kesehatan yang mumpuni sangat dibutuhkan.

 

#2 Cedera Jaringan Lunak (Terkilir dan Memar)

                Terkilir dan memar ini termasuk dalam kategori soft tissue injury. Pada saat gempa bumi tidak jarang cedera ini disebabkan oleh benturan benda-benda di sekitar dan juga jatuh saat tidak seimbang melangkah sewaktu menyelamatkan diri.

                Dalam keadaan yang panik saat gempa bumi berlangsung, insting menyelamatkan diri akan membuat respon yang cepat, sehingga gerakan-gerakan yang tergesa-gesa inilah yang seringnya tidak terukur dan mengarah pada terjadinya cedera seperti memar dan terkilir.

                Dalam keadaan yang tidak terlalu parah, cedera seperti terkilir ini dapat dirawat secara sederhana yang dalam situs John Hopkins Medicine disebut dengan teknik R.I.C.E (Rest, Ice, Compression and Elevation).

 

#3 Cedera Akibat Himpitan

                Cedera akibat himpitan masuk dalam kategori crush injury. Cedera ini terjadi ketika tubuh terhimpit dan mendapat tekanan yang kuat dari benda berat. Cedera akibat himpitan ini dapat menyebabkan dislokasi sendi, cedera saraf, hancur atau terpotongnya bagian tubuh tertentu, hingga pendarahan organ.

                Gempa bumi yang berkekuatan besar seringkali membuat bangunan-bangunan roboh. Puing-puing yang berjatuhan inilah momok dari cedera akibat himpitan. Orang yang terjebak di bawah reruntuhan puing ini memiliki kemungkinan besar mengalami cedera akibat himpitan.

                Cedera akibat himpitan ini memiliki asosiasi yang kuat terhadap keberadaan bangunan yang menggunakan bahan beton. Semakin banyak suatu bangunan memiliki beton sebagai materialnya maka meningkat pula kemungkinan cedera akibat himpitan ini terjadi saat gempa bumi merobohkan bangunan tersebut.

                 

Kerugian-kerugian akibat gempa bumi  ini dapat diminimalisir dengan melakukan mitigasi gempa bumi  yang baik. Mitigasi ini sejenis langkah-langkah pencegahan risiko terburuk dari suatu bencana baik dari sebelum bencana terjadi, saat terjadi dan pasca terjadinya.

                Selain upaya mitigasi yang maksimal, perlu juga diketahui kemungkinan-kemungkinan cedera yang dapat terjadi saat gempa bumi. guna menghindari kemungkinan mengalami cedera tersebut di kemudian hari saat gempa bumi terjadi.


Komentar